Di daerah persawahan nan luas, karawang, hiduplah sekerumunan belalang berjumlah ribuan. Para belalang ini memanfaatkan kesehariannya bermain di rumput dan pepohonan berukuran sedang. Dalam perjalanannya, para belalang karawang ini dikomandoi oleh seekor "ratu" belalang yang memiliki satu anak laki-laki. Sang ratu sudah lama ditinggal raja, tapi kekuatan kharisma dan keturunan "ningrat" keluarga belalang ini, memposisikan mereka tetap sebagai pengatur kerumunan belalang karawang. Sekian tahun lamanya, mereka hidup dengan aman, hingga sang anak tunggal sang ratu berusia 17 tahun. Pola pikir sang anak, termasuk kritis dan ia dinobatkan sebagai calon penerus sang ibu dalam mengatur, mengintervensi, dan terkadang menggunakan sistem otokrasi dalam pembinaan para belalang.
Anak tak jauh dari watak sang ayah, di masa mudanya sang ayah pun merupakan seekor belalang tangguh, mengenal medan perkampungan karawang dan mobilitas yang sangat tinggi dalam melompat dari dahan pohon ke pohon lainnya. Sebelum ia mati, ia menulis sepucuk surat yang harus dibacakan sang ratu, ketika anak mereka berusia 22 tahun. Dalam adat, kerumunan belalang ini, mereka akan mendatangi persawahan beribu hektar di karawang tuk diserang setiap akhir bulan april, dimana para petani sedang menunggu panen, lebih kurang 3 pekan lagi. Adat ini mereka sebut sebagai "disturbance day". Dengan kata lain mereka merupakan kerumunan ribuan belalang yang sangat ditakuti petani, bernama "hama". Setiap tahunnya, selama 17 tahun ini sang belalang muda terus saja mendengar berita miring di televisi kerajaan belalang, satu hari pasca "disturbance day", dimana para petani bersedih, karena panennya gagal total. Dan selama 17 tahun itu pula ia bergeming diam, tapi tetap peduli dan bergolak. Tepat bulan april tahun ini, ia kembali mengikuti sang ibu tuk menyerang persawahan, tapi ia berkata singkat pada ibunya pra penyerangan:
" bu…"
" ia anakku,.."
" semoga ibu tidak marah, tapi bu…"
" ada apa anakku ? " [ ibu terlihat gelisah, sekaligus penasaran ]
" bu, aku tidak mau menjadi hama "bagi" manusia "
Ibunya sontak terkejut, dan terseyum kecil sembari menginstruksikan sang anak tuk bersiap mengikuti pasukan tuk menyerang. Sang anak tau, ibunya paham tapi ia memiliki tanggung jawab besar di kerumunan itu.
[ 4 tahun kemudian … ]
4 kali selama 4 tahun berikutnya selalu saja terjadi percakapan yang sama antara anak dan ibu belalang [ ratu ].
" bu…"
" ia anakku,.."
" semoga ibu tidak marah, tapi bu…"
" ada apa anakku ? "
" bu, aku tidak mau menjadi hama "bagi" manusia "
1 Hari pasca "disturbance day" tahun ini, dimana sang anak dengan taat, namun hatinya bergejolak kuat, mengikuti perintah ibunya tuk menyerang sawah. Sang ratu yang mulai berumur, memenuhi janjinya tuk membuka surat wasiat yang ditinggalkan untuk anak tercinta ketika ia berusia 22 tahun. Surat yang dibalut dengan bekas sarang kepompong itu, dibuka sang ibu dengan hati-hati, dan surat itu bertuliskan :
" Istriku tercinta, ratu belalang..
aku tau anak kita tlah dewasa sekarang..
dan aku pun tau, ia kan mewarisi bakatku..
istriku, jika ia ingin menjadi seekor belalang yang tidak ingin merugikan manusia..
lepas ia dengan senyummu, tuk mengantar ia ke perbatasan karawang dan pergi merantau dan menemui arti hidupnya..
istriki, ratu belalang..
jangan menangis, tapi tersenyumlah, layaknya kau mendengar keluhanku sebagai seorang raja dahulu.."
air mata sang ratu sontak keluar, tak sanggup ia tahan, air matanya, keluar…dan terus keluar..
Namun, keesokan hari ia tetap harus melepas sang anak, sebagai wujud dedikasi ketaatannya pada sang suami.
Pagi ini, pagi mengharukan, sang anak bersama 5 teman sebayanya dilepas dengan bekal seadanya tuk merantau, keluar dari persawahan nan hijau, karawang..
[ 3 Tahun kemudian ]
Sang ratu belalang yang sedang beristirahat di salah satu dahan tertinggi pohon guava, yang merupakan istana kerajaan, sedang menonton televisi, ketika berita itu muncul, samar-samar karena matanya tlah rabun, namun jelas ia tak asing suara di berita utama itu, berbunyi memuat berita tentang seekor belalang tangguh :
"Dalam komunitas kami, para belalang. Telah membantu para petani sekian tahun lamanya untuk mendeteksi keberadaan keong emas yang hinggap pada areal sawah petani. Caranya kami diikiat dengan satu helai kain berwarna kuning yang panjang, sehingga ketika kami menemukan keong mas di persawahan dan bersamaan dengan angin yang berhembus, maka pera petani akan melihat kami dan menumpas keong mas"
reporter bertanya : " apa anda yakin ? "
belalang itu menjawab, " aku sangat yakin jika ribuan keong mas menyerang, maka ribuan belalang dibawah perintahku akan menyerang mereka dan membantu para petani, dan satu hal " REVOLUSI INI KAN KUBAWA KE KARAWANG..bunda tunggu aku.. "
Sang ratu menitihkan air mata haru dan kagum, hatinya bergemuruh keras, ia ingin menahan tangisan itu, namun rindunya pada sang anak kan terobati dan takkan sakit lagi.